PENENTUAN WAKTU SUBUH MENGGUNAKAN ALL SKY CAMERA DAN METODE MOVING AVERAGE DI KOTA MEDAN
(1) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
(2) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
(3) Universitas Negeri Yogyakarta
(*) Corresponding Author
Abstract
Waktu salat Subuh dimulai ketika terbit fajar shadiq dan berakhir sampai terbit Matahari. Di Indonesia banyak ahli falak yang menetapkan kriteria ketinggian Matahari untuk menentukan awal waktu salat Subuh dengan ketinggian yang bervariatif, mulai dari -18 derajat sampai -20 derajat di bawah ufuk bahkan pada ketinggian -13 derajat di bawah ufuk. Kementerian Agama RI menetapkan ketinggian Matahari untuk waktu salat Subuh pada -20 derajat di bawah ufuk. Dengan adanya perbedaan dalam menetapkan ketinggian Matahari di bawah ufuk, para ahli falak maupun astronomi banyak melakukan pengamatan ulang terhadap kemunculan fajar shadiq. Salah satunya melakukan pengamatan fajar shadiq menggunakan All Sky Camera dengan metode moving average dan pendekatan Gradien. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan (field Research) melalui observasi untuk mendapatkan data dilapangan secara langsung. Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan kemunculan fajar shadiq pada saat ketinggian Matahari pada -15 derajat di bawah ufuk.
Â
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Alcor System. “Alcor System ALPHEA All Sky Camera.†Last modified 2013. https://www.alcor-system.com/common/allSky/docs/Presentation_NEAF2013_camera_ALLSKY.pdf.
Alimuddin. “Perspektif Syar’i Dan Sains Awal Waktu Shalat.†Al-Daulah 1, no. 1 (2012): 120–131.
Amri, Tamhid. “Waktu Shalat Perspektif Syar’i.†Asy-Syariah 16, no. 3 (2014).
Butar-Butar, Arwin Juli Rakhmadi. Pengantar Ilmu Falak Teori, Praktik, Dan Fikih. Depok: Rajawali Pers, 2018.
Fuadi, Lutfi. “Fajar Penanda Awal Waktu Shubuh Dan Puasa.†Minhaj: Jurnal Ilmu Syariah 2, no. 1 (2021): 107–120.
Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah 3. Yogyakarta, 2018.
Musonnif, Ahmad. Ilmu Falak Metode Hisab Awal Waktu Shalat, Arah Kiblat, Hisab Urfi Dan Hisab Hakiki Awal Bulan. Yogyakarta: Teras, 2011.
Pramudya, Yudhiakto, and Romadon Abu Yazid Raisal. “Aplikasi Tingkat Kecerlangan Langit Dalam Penentuan Waktu Subuh.†Tarjih 14, no. I (2017): 65–71.
Raisal, Abu Yazid, Yudhiakto Pramudya, Okimustava, and Muchlas. “Pemanfaatan Metode Moving Average Dalam Menentukan Awal Waktu Salat Subuh Menggunakan Sky Quality Meter (SQM).†Al-Marshad: Jurnal Astronomi Islam dan Ilmu-Ilmu Berkaitan 5, no. 1 (2019): 1–13.
Ritonga, Habibullah, Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar. “Peran Ilmu Falak Dalam Masalah Arah Kiblat, Waktu Salat, Dan Awal Bulan.†Al-Marshad: Jurnal Astronomi Islam dan Ilmu-Ilmu Berkaitan 2, no. 2 (2016).
Sado, Arino Bemi. “Waktu Shalat Dalam Perspektif Astronomi; Sebuah Integrasi Antara Sains Dan Agama.†Mu’amalat VII, no. 1 (2015): 69–83.
Syifaul Anam, Ahmad. Perangkat Rukyat Non Optik Kajian Terhadap Model Penggunaan Dan Akurasinya. Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015.
Tono Saksono, Syamsul Anwar. Premature Dawn The Global Twilight Pattern. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2021.
Zaman, Qomarus. “Terbit Fajar Dan Waktu Subuh (Kajian Nash Syar’i Dan Astronomi).†Ahakim 2, no. 1 (2018): 27–44.
DOI: 10.24235/mahkamah.v8i1.13033
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.