NILAI MORAL DALAM CERITA BABAD CIREBON: BERDASARKAN PENCERITAAN DI KERATON KANOMAN
(1) Universitas Negeri Semarang
(2) Universitas Negeri Semarang
(3) Universitas Negeri Semarang
(*) Corresponding Author
Abstract
Babad Cirebon merupakan cerita legenda yang mengisahkan awal mula berdirinya Cirebon. Cerita tersebut diceritakan di Keraton Kanoman setiap 1 Muharam atau bertepatan dengan HUT Kota Cirebon. Hal itu dilakukan sebagai bentuk pelestarian karena cerita babad Cirebon berperan penting sebagai sarana penggugah nilai-nilai moral yang saat ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Cerita ini dapat memberikan pelajaran mengenai berbagai nilai kebajikan. Hal itu dapat dibuktikan dari cerminan sikap yang ditunjukkan oleh Pangeran Walangsungsang sebagai pendiri Cirebon. Dari hasil analisis yang menggunakan pendekatan struktural, cerita babad Cirebon memuat 8 nilai moral, yakni nilai tanggung jawab, kejujuran, toleransi, penghormatan, kerja keras, kasih sayang, religius, dan tolong-menolong.
Â
Babad Cirebon was a legend that told the beginning of the Cirebon establishment. The story was told in Kanoman every 1 Muharam or coincide on the Cirebon city anniversary. This was done as a preservation since the Babad Cirebon story was the crucial tool to appeal of moral values that today is needed by the local and society community in general. This story gave the lessons about the various virtues value. It can be proved from the reflection of the attitude that shown by Prince Walangsungsang as a founder of Cirebon. From the analysis used a structural approach, Babad Cirebon story that have been conveyed orally more than four decades contained 8 moral values such as the values of responsibility, honesty, tolerance, respect, hard work, compassion, religious, and mutual assistance.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Basyari, Iin Wariin. (2016). “Transformasi Nilai Sosial Budaya dalam Kurikulum dan Pembelajaran IPSâ€. Makalah. Seminar Nasional Kearifan Lokal Daerah di Keraton Kasepuhan. Cirebon, 25 September 2016.
Gunaevy, Siti Joya Fatmi. (2004). Babad Tanah Jawi. Terjemahan Rochkyatmo, dkk. Jakarta: Amanah-Lontar.
Hutomo, Suripan Sadi. (1991). Mutiara yang Terlupakan: Pengantar Studi Sastra Lisan. Surabaya: Hiski.
Lickona, Thomas. (2012). Educating for Character (Mendidik untuk Membentuk Karakter). (Terj. Juma Abdu Wamaungo). Bandung: Bumi Aksara.
Nurgiyantoro, Burhan. (2013). Teori Pengkajian Fiksi. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Sibarani, Robert. (2012). Kearifan Lokal: Hakikat, Peran, dan Metode Tradisi Lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan.
Sunarti, Pudentia M. P. S. (2015). Tradisi Lisan dan Warisan Budaya. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan.
DOI: 10.24235/ileal.v3i1.1571
Article Metrics
Abstract view : 1466 timesPDF - 432 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2022 Indonesian Language Education and Literature
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
ILEaL Indexed by:
Â
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Gedung Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Tadris Bahasa Indonesia, Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati
Jalan Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon 45132, Telp. 089667890219
Email: literatureindonesian@gmail.com
Â
Â