Pengembangan Ekonomi Kreatif Bidang Fashion Melalui Bauran Pemasaran
(1) 
(*) Corresponding Author
Abstract
Abstrak
Kebijakan pengembangan ekonomi kreatif yakni pengembangan kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia. Tahun 2015 presiden membentuk badan ekonomi kreatif (bekraf) yakni lembaga pemerintah nonkementerian yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Presiden melalui menteri yang membidangi urusan pemerintah di bidang pariwisata. Ekonomi kreatif khususnya di Cirebon menampilkan kreatifitas bidang fashion menawarkan produk batik yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia. Perumusan permasalahan sebagai berikut: bagaimana pengembangan ekonomi kreatif bidang fashion dan apa faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan ekonomi kreatif bidang fashion melalui bauran pemasaran (studi kasus batik EB Traditional Cirebon)?. Hasil penelitian ini sebagai berikut: adanya ekonomi kreatif berbasis industri batik Trusmi Cirebon ini cukup membantu tingkat kesejateraan masyarakat desa Trusmi dan sekitarnya. Bauran pemasaran menjadi batasan strategi pengembangan ekonomi kreatif yang dilakukan oleh batik EB Traditional Cirebon  yaitu: produk, harga, promosi dan tempat/saluran distribusi. Terdapat faktor pendukung: desa Trusmi adalah pusat industri batik yang berada di Cirebon, dan lainnya juga faktor penghambat: pengolahan limbah batik atau pewarna yang berbahaya, rendahnya minat masyarakat untuk belajar membatik dan lainnya.
Â
Kata kunci: ekonomi kreatif, marketing mix, batik trusmi
Â
Abstract
Creative economic development policy is the development of economic activities based on individual creativity, skill, and talent to create creative and creative power of individuals with economic value and influence on the welfare of Indonesian society. In 2015, the president established a creative economic body (bekraf), a non-ministerial government institution which is under and responsible to the President through a minister in charge of government affairs in the field of tourism. Creative economy especially in Cirebon showcase the creativity of fashion field offering batik product that has high artistic value and has become part of Indonesian culture. The formulation of the problem as follows: how the development of creative economy in the field of fashion and what are the supporting and inhibiting factors in the development of creative economy in the field of fashion through the marketing mix (batik case study EB Traditional Cirebon) ?. The results of this study as follows: the existence of creative economy-based batik industry Trusmi Cirebon is enough to help the level of community welfare Trusmi and surrounding villages. Marketing mix becomes the limitation of creative economic development strategy done by batik EB Traditional Cirebon that is: product, price, promotion and place / distribution channel. There are supporting factors: Trusmi village is the center of batik industry located in Cirebon, and others are also inhibiting factors: the processing of batik waste or harmful dyes, the low interest of the community to learn batik and others.
Keywords: creative economy, marketing mix, batik trusmi
Full Text:
PDFReferences
Daftar Pustaka
Afif, Faisal. “Pilar-Pilar Ekonomi Kreatifâ€. http://www.feb.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini, diakses pada tanggal 12 April 2012.
Antarika, Basuki. “Konsep Ekonomi Kreatif: Peluang dan Tantangan dalam Pembangunan di Indonesiaâ€. http://www.kemenpar.go.id/, diakses pada tanggal 12 Maret 2016.
Bungin, Burhan. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Daryanto. (1997). Kamus Besar Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: Apollo.
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2008). Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025. Studi Industri Kreatif Indonesia.
Dimitrova, Bert Rosenbloom Boryana. “The Marketing Mix Paradigm and The Dixonian Systems Perspective of Marketingâ€. Journal of Historical Research in Markeing Vol. 3 Iss 1, 2011.
Fitriana, Aisyah Nurul. “Pengembangan Industri Kreatif di Kota Batu (Studi tentang Industri Kreatif Sektor Kerajinan di Kota Batu)â€. Jurnal Administrasi Publik Vol.2 No.2, 2014.
Howkins, John. (2001). The Creative Economy: How People Make Money from Ideas. New York: Peguin Books.
Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2009 Tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif.
Jerusalem, Mohammad Adam, 2009, Perancangan Industri Kreatif Bidang Fashion dengan Pendekatan Benchmarking pada Queensland’s Creative Industry, Prosiding Seminar Nasional Program Studi Teknik Busana – Universitas Negeri Yogyakarta.
Kasmir. (2004). Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kotler, Philip dan Gary Amstrong. (2004). Dasar-Dasar Pemasaran, Pentj. Alexander Sindoro. Jakarta: PT. Indeks.
Moleong, Lexy J. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Peraturan Presiden RI. No.72 Tahun 2015 Tentang perubahan atas Peraturan Presiden No.6 Tahun 2015 Tentang Badan Ekonomi Kreatif.
Purwaningsih, Ernawati. “Pengembangan Ekonomi Kreatif Desa Wisata Candirejo.†Jurnal Jantra, vol.V, No.9, Juni 2010.
Republika. 2014. BCIC Promosikan 15 Sektor Kreatif. Diakses melalui http://www.republika.co.id/berita/koran, diakses pada tanggal 14 Nopember 2014.
Sadilah, Emiliana. “Industri Kreatif Berbasis Ekonomi Kreatif.†Jurnal Jantra, vol.V, No.9, Juni 2010.
Sari, Annisa Ratna. “Ekonomi Kreatif: Konsep, Peluang dan Cara Memulaiâ€. http://www.staffuny.ac.id/, diakses pada tanggal 10 Maret 2016.
Selang, Christian A.D. “Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Pengaruhnya terhadap Loyalitas Konsumen Pada Fresh Mart Bahu Mall Manadoâ€. Jurnal EMBA, Vol.1 No.3, Juni 2013.
Semuel, Hatane. “Ekspektasi Pelanggan dan Aplikasi Bauran Pemasaran terhadap loyalitas Toko Moderen dengan Kepuasan Pelanggan sebagai Intervening (Studi Kasus pada Hypermarket Carrefour di Surabayaâ€. Jurnal Manajemen Pemasaran, Vol.1 No.2, Oktober 2006.
Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Swastha, Basu dan Irawan. (2008). Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Tempo. 2014. Pengembangan 15 Subsektor Ekonomi Kreatif. Diakses melalui http://www.tempo.co/read/news, diakses pada tanggal 14 Juni 2014.
Ulus, Algrina Agnes. “Bauran Pemasaran Pengaruhnya terhadap Keputusan Pembelian Mobil Daihatsu Pada PT. Astra Internasional Manadoâ€. Jurnal EMBA, Vol.1 No.4, Desember 2013.
Yudistira, Andra Bayu. “Regulasi untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi Kreatifâ€. http://www.bekraf.go.id/berita, diakses pada tanggal 20 September 2016.
DOI: 10.24235/amwal.v10i1.2831
Article Metrics
Abstract view : 496 timesPDF - 251 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
 Al Amwal Indexed by:
Â
Â
This journal provides immediate open access to its content on the principle that making research freely available to the public supports a greater global exchange of knowledge.This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.-->View My Stats