Pelestarian Sintren melalui Kurikulum Muatan Lokal Sekolah di Cirebon
(1) 
(*) Corresponding Author
Abstract
ABSTRACT
Â
Etymologically, The word Sintren and Putren, when it merged into The Putren (the Princess). The term refers to the Princess Princess apparition, i.e. women who entered the spirit of angels so that women become the reincarnation of Apsaras. Sintren is one of the arts as a local culture in areas of the North coast line. Art that supposedly is always dikonotasikan with the mystique that has been around since the 1940 's, and even the menusut legend sintren it already existed since the days of animism dynamism. The development from the time of animism sintren dynamism until now was marked by the development of the times. For example in staging sintren there incense and fragrances; This influence of the animism of dynamism, which at the time was to invite the spirit required incense and fragrances. But at the moment it's been sintren as da'wah media, this can have a look at the text of the poem the song of sintren. Sintren which until recently still existed, though besieged by modern performing art-forms, but no less and still exist. Untainted sintren is indispensable so that the value of the local culture, especially in Cirebon is not extinct. The preservation of this right is sintren via education. Because of local content in the curriculum, subjects containing character values of local culture can be incorporated into school subjects in school. Preservation sintren via the education at the school is very possible, because: a) there is already regulation of local cultural values can be taught at school b) Sintren contains local cultural values and the value of good character that can be developed in schools, c) mystical in sintren can be eliminated or reduced, so can diilmiahkan sintren d) initial period sintren included in school activities can be in the form of extra-curricular activities that he should first , because to get into local content, require time for academic study and considerable cost.
Â
Keywords: Conservation, Sintren, local content.
Â
ABSTRAK
Â
Secara etimologi, Sintren berasal dari kata Si dan Putren, bila digabung menjadi Si Putren (sang putri).  Sebutan sang putri ini merujuk pada putri jelmaan, yaitu perempuan yang dimasuki roh bidadari sehingga perempuan itu menjadi  jelmaan  bidadari. Sintren merupakan salah satu kesenian sebagai budaya lokal di daerah pantai utara (pantura). Kesenian yang konon selalu dikonotasikan dengan mistik itu sudah ada sejak tahun 1940 an, dan bahkan menusut legenda sintren itu sudah ada sejak zaman animisme dinamisme. Perkembangan sintren sejak dari zaman animisme dinamisme sampai dengan sekarang itu ditandai dengan perkembangan zaman.Misalnya dalam pementasan sintren ada dupa dan wewangian; ini pengaruh dari zaman animisme dinamisme, dimana pada zaman itu untuk mengundang roh diperlukan dupa dan wewangian. Tetapi sintren pada saat ini sudah dijadikan sebagai media da’wah, hal ini dapat kita lihat pada teks syair nyanyian sintren. Sintren yang sampai saat ini masih eksis, meskipun dikepung oleh kesenian-kesenian modern, tetapi tidak kalah dan masih eksis. Usaha pelestarian sintren ini sangat diperlukan supaya nilai budaya lokal khususnya di Cirebon ini tidak punah. Pelestarian sintren ini yang tepat adalah melalui jalur pendidikan. Karena dalam Kurikulum Muatan Lokal, mata pelajaran yang mengandung nilai-nilai karakter budaya lokal dapat dimasukkan ke dalam mata pelajaran di sekolah.Pelestarian sintren melalui jalur pendidikan di sekolah sangat memungkinkan, karena : a) Sudah ada regulasi tentang nilai budaya lokal dapat diajarkan di sekolah b) Sintren mengandung nilai budaya lokal dan nilai karakter yang baik yang dapat dikembangkan di sekolah , c) unsur mistik dalam sintren dapat dihilangkan atau dikurangi, sehingga sintren dapat diilmiahkan d) periode awal sintren dimasukkan dalam kegiatan sekolah dapat berupa kegiatan ekstra kurikuler terlebiih dahulu, karena untuk sampai menjadi muatan lokal, memerlukan waktu untuk studi akademik dan biaya yang cukup besar.
Â
Kata kunci : Pelestarian, Sintren, Muatan Lokal.
Â
Full Text:
PDFReferences
DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Ma’mur ( 2010). Tips Menjadi Guru Inspiratif, kreatif, dan Inovatif ,
Jogjakarta: DIVA Press
Budiono Herusatoto (2008), Sejarah, Budaya, Bahasa, dan Watak, Lkis : Banyumas.
Chumedi, Imam. Menghidupkan Seni Sintren, Diakses 02 Februari 2013 dari
Lexy J. Moleong (2010) : Metodologi Penelitian Kualitatif : Rosda Bandung
Dianing Widya Yudisthira (2010) : Sintren, Yogyakarta
Dyah Komala Laksmiwati (2012): Sintren Keindahan Seni Budaya Cirebon, CV Budi Utama. Cirebon
Fandy Hutari (2011) , Hiburan Masa Lalu dan Tradisi Lokal,INSIST Press : Yogyakarta
Furchon, A. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012) , h.405
Dakir, Perencanaan dan Pengembanagn Kurikulum, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
h. 102
Sambas Ali Muhidin. 2011. Panduan Praktis Memahami Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1996), h.148
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D. Jakarta: Alfabeta.
http://fisikadansains.blogspot.com/2013/12/definisi-dari-teori-dan-kerangka_6972.html
http://sambas.staf.upi.edu/category/berita-tri-dharma-pt/penelitian/
http://fkipunikamamuju.blogspot.com/2013/03/kerangka-pikir.html
http://pusakadunia.com/blog/rahasia-mistis-tari-sintren/
DOI: 10.24235/holistik.v2i1.1378
Article Metrics
Abstract view : 549 timesPDF - 790 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.